Bu Guru Masih di Rumah ?
Pertanyaan itu mengawali pagi tadi ketika kami, aku, suami, dan anak-anakku, masih terlihat belum beraktivitas, padahal waktu sudah menujuk sektar pukul 08.00 WIB.
Pagi ini, kebetulan suami bertugas di shift siang. Pukul 10.30 WIB rencana baru akan berangkat ke kantor. Suami bertugas di salah satu kantor kementerian pusat yang berkedudukan di kota kabupaten. Di kantornya memang tidak ada istilah WFH (Work from Home) seperti halnya guru. Sehingga hari-harinyapun seolah tidak terganggu oleh covid. Memang protokol kesehatan sangat ketat diterapkan di kantornya, bahkan sesampai di rumahpun, suami harus berhadapan dengan penegak protokol kesehatan di rumah, yaitu aku. Hm..Kulakukan itu sebagai ikhtiarku dalam menjaga dan melindungi keluarga ini agar tetap sehat dan kuat.
Saat suami masuk siang, biasanya ingin bermalas-malasan dulu di rumah, seperti yang dilakukannya pagi tadi. Kami bercengkerama di depan rumah bersama anak-anak.
Tetangga sebelah rumah sedang memperbaiki atap rumahnya yang memang perlu diganti karena sudah lapuk termakan suhu. Dua orang tukang dipanggil utnuk membantu memperbaiki rumahnya. Tukang seperti ini di daerah kami memulai kerjanya sekitar pukul 08.00 WIB. Waktu yang sama saat aku dan suami sedang berada di depan rumah sambil mengawasi putri kecil kami yang sedang bersepeda.
Percakapan basi-basi antara kami dan pak tukangpun dimulai. Ketika pak tukang sudah memanjat atap rumah, dia bertanya kepada kami.
"Pak, tidak ke kantor hari ini? "
Suamipun menjawab "Saya masuk siang nanti, Kang. (sapaan yang digunakan untuk pak tukang) Sebentar lagi juga persiapan ini. "
"Oh, saya kira libur corona, Pak. " (tambah pak tukang sambil tertawa)
"Saya tidak kenal corona, Kang. Masuk seperti biasa saja. Ibunya tuh, yang agak mengenal corona." (jawab suami sambil tertawa pula dan melirik ke arah saya)
"Liburnya jadi lama ya, Bu. Bisa berkegiatan lain saat di rumah. " (lanjut pak tukang)
Pak tukang dan suami adalah satu atau dua orang dari beberapa orang yang sudah mengucapkan hal serupa kepadaku. Mereka menganggap dalam masa seperti ini, gurulah yang paling nyaman. Bisa di rumah terus, gajipun tetap diterima.
Bahkan ada yang secara blak-blakan mengatakan kepadaku, " enak ya jadi guru, ga perlu keluar uang bensin, tetap aman di rumah, tapi gaji juga utuh. "
Menjadi guru adalah hal yang dicita-citakan oleh orang tuaku sejak dulu. Sehingga ketika kuliahpun, aku dipilihkan jurusan keguruan. Ya, ibuku adalah seorang guru juga. tetapi beliau sudah purna tugas sekarang. Mungkin ibu merasa nyaman menjadi guru sehingga berkeinginan anaknya juga merasakan kenyamanan itu pula.
Ketika ada yang mengucapkan kata-kata seperti itu, aku berusaha menjelaskan bahwa aku dan guru-guru yang lain, meskipun berada di rumah tetapi juga tetap bekerja dari rumah. Mungkin penjelasanku tdak bisa diterima oleh sebagian dari mereka. Bagiku tidak apa, yang penting aku sudah berusaha memberikan pengertian kepada mereka.
Satu kata yang harus aku, dan kalau boleh semua guru, ucapkan adalah Alhamdulillah, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. Banyak bersyukur karena Tuhan memberikan kemudahan kepada kita untuk tetap di rumah, sementara sebagian yang lain harus berjuang untuk mempertahankan "hidup" keluarganya dengan bekerja di luar rumah. Aku tahu mereka juga sangat khawatir dengan keamanan kesehatan mereka. Tetapi perasaan itu semua diabaikan demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
Menurutku, sangatlah tidak pas, ketika kita sebagai guru hanya berdiam diri di rumah, tidak membuat suatu perubahan peningkatan atas profesi kita. Berbicara tentang peningkatan guru, memang memiliki standar yang berbeda-beda. Yang terpenting adalah adanya niat dan usaha untuk berubah menjadi guru lebih baik.
Teman guru kemarin mengajak untuk mengajukan usul kenaikan pangkat. Padahal sudah lama sekali beliau tidak mengajukan kenaikan pangkat. Mumpung WFH, katanya. Ini juga bisa dikatakan sebuah peningkatan.
Ada juga rekan guru yang mengikuti webinar ini dan itu. Padahal terbilang gaptek dalam hal online-online-an. Untuk menutrisi otak katanya. Ini juga merupakan sebuah peningkatan.
Kita yang sudah sangat mengetahui kemampuan kita, yang terpenting adalah berusaha meningkat meski dengan standar peningkatan yang kita buat sendiri. Harapan besarnya tentu agar anak didik kita akan merasakan dampak peningkatan yang sedang kita lakukan.
Terimakasih bu, mohon bantuan untuk menambah kualitas dan kompetensi saya dalam belajar TIK, tolong bimbingannya Ibu, agar saya mampu menguasai semua tools pada blog, tolong bimbing saya Ibu, terima kasih.
BalasHapusSaya juga pemula. Di sini kita bisa belajar besama.
BalasHapusAlhamdulillah jika kita saling bahu-membahu, tolong menolong maka sebesar apapun hambatan yang kita hadapi akan terasa sangat ringan, tulisan nya sudah baik, maka akan lebih menarik sekiranya di tambah dengan foto , terimakasih terus lah menulis jangan pernah berhenti wassalam
BalasHapusTerima kasih masukannya Ibu..semoga bs.
Hapus