Meminta Tua
Menjadi tua adalah sebuah keniscayaan. Bagi sebagian orang, menjadi tua merupakan sebuah ketakutan. Terbayang olehnya masa-masa ketika dia selalu ingin ditemani, dilayani, dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya diantara segala keterbatasan yang mulai merundungnya.
Menjadi tua adalah "sesuatu" yang perlu dipersiapkan dengan matang. Masa mudanya hampir seluruhnya didedikasikan untuk sebuah masa tua. Persiapan itu terkadang memang berlebihan. Bagaimana tidak? ketika masa tua belum datang, mereka sudah mengatakan kepada orang-orang terdekatnya tentang peraturan yang harus dilakukan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan di masa tuanya. Cenderung mengatur urusan orang-orang terdekatnya agar semua berjalan di atas rel yang dibuatnya sendiri. Pesan yang selalu digaungkan di telinga anak-anak tercintanya, "Nak, tidak perlulah kamu pergi merantau untuk meraih cita-citamu itu. Di sinipun kamu bisa mewujudkannya. Lihatlah di sekitarmu, banyak orang yang sukses. Tidak semua orang yang pergi merantau bisa sukses dan ketika kamu merantau kamu tidak bisa mudik setiap saat." Kalimat terahir itulah yang rupanya akan didoktrinkan kepada anaknya. Mengapa ? jawabannya hanya satu, agar ketika dia mengalami masa tua nanti akan ada teman yang selalu berada di dekatnya.
Bagaimana dengan guru tua ?
Dalam istilah resmi negara tidak ada istilah guru tua. Pengertian yang sering beredar di masyarakat, guru tua adalah guru yang sudah berusia tua. Hal ini mungkin berlawanan dengan sistem yang terbangun di negara kita. Di negara kita, guru akan diberhentikan dengan hormat sebagai guru pemerintah, setelah berusia 60 tahun. Meskipun memang ada yang bisa lebih dari usia ini, dengan meminjam istilah marketingnya, syarat dan ketentuan berlaku. Guru akan menjalani masa pensiun sehingga secara resmi tidak lagi mengajar di sekolah.
Kembali kepada istilah guru tua. Memangnya kenapa kalau usia kita sebagai guru menjadi tua? Toh masih disebut guru juga, masih aktif mengajar, dan masih belum pensiun. Menjadi guru berusia tua adalah sebuah keniscayaan, karena memang waktu yang terus berputar dan tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menjadi guru berusia tua bukanlah alasan untuk tidak bisa menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan.
Guru yang berusia tua, guru yang merasa sudah berusia tua, guru muda atau yang merasa berusia muda, pada saat ini dihadapkan pada tantangan yang sama. Disadari atau tidak, covid-lah yang menjadi penyebabnya.
Sekarang kita sudah mengalami sebagian dari keniscayaan itu. Orang yang tidak bisa berubah maka dia akan tertinggal. Guru sering disebut sebagai agen perubahan. Maka sudah selayaknya guru juga harus berubah. Mengawali sebuah perubahan memang tidak mudah. Ketidakpercayaan pada kemampuan diri sendiri, merasa tidak ada yang membantu dan menemani atau lebih tepat membimbing, adalah sebuah perasaan yang sama-sama dirasakan guru berusia tua, bahkan yang ikut-ikutan merasa tua.
Mengalami dan menjalani sebuah perubahan tidaklah perlu menunggu berusia tua, tidaklah perlu menunggu besok atau lusa. Semangat perubahan itu yang utama, selanjutnya mari berdoa agar kita bisa memulai dan menjalani dengan lancar.
Alhamdulillah bagus sekali,terulah menulis jangan pernah berhenti terimakasih
BalasHapusterimakasih motivasinya, Ibu
HapusMenulis sepanjang hayat
BalasHapusSiap.. semangat !!
HapusKarya yang keren dan mantap...
BalasHapusTerima kasih, masih amatir ini. Mohon petunjuknya.
Hapus